Isyarat Sebelum Meninggal, KH. A. Masduqi Mahfudz Di Ajak Rapat Gus Dur

Foto: ISYARAT SEBELUM WAFAT, KH. A. MASDUQI MAHFUDZ DIAJAK RAPAT

Beliau merupakan salah satu ulama yang mumpuni dan dalam memberikan materi tidak monoton tapi dari satu materi bisa menjabarkan luas. Jamaah pun menyimak dengan puas dan semua bisa menerima materi yang disampaikannya. Karena cara penyampaiannya mengikuti tingkat kemampuan jamaahnya.

Pengetahuan yang beliau miliki sangat luas tidak saja dalam masalah ukhrawi tapi juga duniawi, termasuk masalah teknologi, sosial budaya dlsb.

Di Malang dekade tahun 80/90-an ada beberapa kyai yang memiliki kesamaan dalam memberikan materi seperti beliau, seperti Kyai Durajak (KH. Abdurrazaq), Kyai Nabrawi Kasin dan Kyai Mahfudz Blimbing (KH. Mahfudz Asasi).

Masih ingat jelas, tahun 90-an beliau mengajar di Masjid Qudsi Malang. Kelihatan beliau nampak letih dan menyampaikan materi kitab Irsyadul ‘Ibad nampak lelah (mungkin hari itu jadwal beliau sangat padat). Takmir masjid berinisiatif menukar air putih dengan kopi dan disediakan tegesan (asbak). Kontan wajah beliau sumringah dan “clinggg...” beliau menyalakan korek zipponya. Akhirnya beliau menyampaikan materinya dengan semangat dan jamaah menerimanya dengan suka cita. (Penuturan Ustadz Didik Isnanto).

Gus Ahmad Mundzir menceritakan tentang kesaksiannya di detik-detik mangkatnya KH. Achmad Masduqi Mahfudz. Saat itu KH. Masduqi sedang dirawat di RS Saiful Anwar. Beliau berkata dalam keadaan setengah sadar, bahwa beliau diajak rapat sama Gus Dur.

Kemudian ibu bertanya: “Wonten nopo Bah?” (Ada apa Bah).

Jawab KH. Masduqi: “Aku diajak rapat iki, ambek Gus Dur. (Saya sekarang diajak rapat sama Gus Dur). Maafkan Abah bila ada salah. Bagi yang merasa mempunyai hak adami atas Abah, saya dan saudara-saudara bersiap menanggungnya, sampaikan kepada kami.”

Sebelumnya, dalam kondisi masih sakit, KH. Achmad Masduqi Mahfudz berkata kepada putranya: “Setelah 7 harinya Mbah Sahal, akan ada barisan mergosono.” Ternyata barisan mergosono itu adalah mu’azziyin (para pentakziah).

Akhirnya KH. Achmad Masduqi Machfudz wafat pada hari Sabtu, tanggal 1 Maret 2014 sekitar pukul 17.27 WIB di Rumash Sakit Saiful Anwar Malang. Lahu al-Fatihah…

Biografi lengkapnya silakan baca di sini:
http://www.muslimedianews.com/2014/03/riwayat-hidup-drs-kh-achmad-masduqi.html
http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2014/03/manaqib-kh-achmad-masduqi-machfudz.html Beliau merupakan salah satu ulama yang mumpuni dan dalam memberikan materi tidak monoton tapi dari satu materi bisa menjabarkan luas. Jamaah pun menyimak dengan puas dan semua bisa menerima materi yang disampaikannya. Karena cara penyampaiannya mengikuti tingkat kemampuan jamaahnya.

Pengetahuan yang beliau miliki sangat luas tidak saja dalam masalah ukhrawi tapi juga duniawi, termasuk masalah teknologi, sosial budaya dlsb.

Di Malang dekade tahun 80/90-an ada beberapa kyai yang memiliki kesamaan dalam memberikan materi seperti beliau, seperti Kyai Durajak (KH. Abdurrazaq), Kyai Nabrawi Kasin dan Kyai Mahfudz Blimbing (KH. Mahfudz Asasi).

Masih ingat jelas, tahun 90-an beliau mengajar di Masjid Qudsi Malang. Kelihatan beliau nampak letih dan menyampaikan materi kitab Irsyadul ‘Ibad nampak lelah (mungkin hari itu jadwal beliau sangat padat). Takmir masjid berinisiatif menukar air putih dengan kopi dan disediakan tegesan (asbak). Kontan wajah beliau sumringah dan “clinggg...” beliau menyalakan korek zipponya. Akhirnya beliau menyampaikan materinya dengan semangat dan jamaah menerimanya dengan suka cita. (Penuturan Ustadz Didik Isnanto).

Gus Ahmad Mundzir menceritakan tentang kesaksiannya di detik-detik mangkatnya KH. Achmad Masduqi Mahfudz. Saat itu KH. Masduqi sedang dirawat di RS Saiful Anwar. Beliau berkata dalam keadaan setengah sadar, bahwa beliau diajak rapat sama Gus Dur.

Kemudian ibu bertanya: “Wonten nopo Bah?” (Ada apa Bah).

Jawab KH. Masduqi: “Aku diajak rapat iki, ambek Gus Dur. (Saya sekarang diajak rapat sama Gus Dur). Maafkan Abah bila ada salah. Bagi yang merasa mempunyai hak adami atas Abah, saya dan saudara-saudara bersiap menanggungnya, sampaikan kepada kami.”

Sebelumnya, dalam kondisi masih sakit, KH. Achmad Masduqi Mahfudz berkata kepada putranya: “Setelah 7 harinya Mbah Sahal, akan ada barisan mergosono.” Ternyata barisan mergosono itu adalah mu’azziyin (para pentakziah).

Akhirnya KH. Achmad Masduqi Machfudz wafat pada hari Sabtu, tanggal 1 Maret 2014 sekitar pukul 17.27 WIB di Rumash Sakit Saiful Anwar Malang. Lahu al-Fatihah…

0 Response to "Isyarat Sebelum Meninggal, KH. A. Masduqi Mahfudz Di Ajak Rapat Gus Dur"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel