AL-Hafidz Imam Ibnu Rajab Membenarkan Adanya Bid'ah Hasanah
Monday, May 27, 2013
Add Comment
من أحدث في أمرنا ماليس منه فهو رد الحديث رواه شيخان
” barang siapa yg mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan kami
ini yg bukan dari kami maka dia tertolak “( H.R. Bukhari & muslim )
“berkata al-hafidz ibnu rajab ” rahimahullah :hadist di atas
dalam manthuqnya menunjukan bahwa : setiap perbuatan yg tdk masuk dalam urusan
syari’at maka tertolak, akan tetapi dalam mafhum nya menunjukan bhwa : setiap
perbuatan yg masih dalam urusan syari’at maka ia di terima dalam artian tdk
tertolak “
“ وقال الإمام العلامة عبد الله الغماري : إن هذا الحديث مخصص
لحديث ( كل بدعة ضلالة) إذ لوكانت البدعة ضلالة بدون استثناء لقال الحديث : : من
أحدث في أمرنا هذا شيئا فهو رد . لكن لما قال ( من أحدث في أمرنا هذا ماليس منه فهو
رد ) أفاد المحدث نوعان :
“berkata imam al-allamah abdullah al-ghamari “hadist di atas (
man ahdatsa fi amrina hadza ma laisa minhu fahuwa raddun ) adalah sebgai hadist
mukhassis (memperkhusus ) daripada sebuah hadist ” kullu bid’atin dholalah
“sebab jikalau semua perbuatan bid’ah di anggap sesat, tanpa terkecuali, maka
tentu kalimat hadist di atas berbunyi ( man ahdatsa fi amrina hadza sya’ian
fahuwa roddun : tidak ada kalimat ” ma laisa minhu “nya ) akan tetapi ketika
hadist di atas berbunyi : man ahdatsa fi amrina hadza ma laisa minhu fahuwa
raddun ) maka hadist tersebut memberikan dua pengertian :
1. ماليس من الدين : بأن كان مخالفا لقواعده ودلائله .فهو مردود
:وهو البدعة الضلال.
Perbuatan baru yg bukan dari agama , yaitu perbuatan-perbuatan
baru yang menyalahi kaidah-kaidah agama dan dalil-dalilnya : ini adalah tertolak
dan bid’ah semacam inilah yg sesat ,
2. وماهو من الدين: بأن شهد له أصل أو أيده دليل :فهو صحيح مقبول
. وهو البدعة الحسنة.
Perbuatan-perbuatan yg dari agama, yaitu perbuatan baru yg
mempunyai standard ukuran hukum asal, atau di dukung oleh dalil-dalil yg
menguatkan, perbuatan bid’ah semcam ini di terima dan tidak tertolak, inilah yg
di sebut ” bid’ah hasanah “
, ويؤيد حديث جرير عند مسلم ( من سن في الإسلام سنة حسنة فله
أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيئ ،
hal tersebut di dukung oleh hadist jarir menurut imam muslim
:
“ barang siapa memberikan contoh dalam islam dengan contoh
perilaku yg baik maka ia mendapat pahala serta mendapat pahala orang-orang yg
mengamalkan setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun “
ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من
بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيئ
” barang siapa memberikan contoh dalam islam dengan contoh
perilaku yg buruk, maka ia akan mendapat dosa serta mendapat dosa dari
orang-orang yg melakukan setelahnya tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikitpun
” (H.R.muslim)
وكذا حديث ابن مسعود عند مسلم من دل على خير فله أجر فاعله
“begitupun juga hadist ibnu mas’ud menjelaskan “ barang siapa
yg memberikan petunjuk terhadap kebaikan maka ia mendapat pahala sebagaimana
pahala orang-orang yg mengerjakanya “( H.R. Muslim )
وحديث أبي هريرة عند مسلم : من دعى إلى هدى كان له من الأجر مثل
أجور من تبعه لاينقص من أجورهم شيئ، ومن دعى إلى ضلالة كان عليه من الأثم مثل إثم
من تبعه لا ينقص من إثمهم شيئ
” serta hadist abi hurairah “ barang siapa yg mengajak kepada
petunjuk maka ia mendapat pahala sebgaimana pahala orang yg mengikuti petunjuk
tsbt , tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun “dan barang siapa yg mengajak
kesesatan, maka ia mendapat dosa sebagaimana dosa-dosa orang yg mengikuti
kesesatan tersebut, tanpa mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun ” ( H.R.
Muslim )
Inilah faham ahlussunnah wal jama'ah yg mengikuti pendapat
ulama'2 yg diakui keilmuannya dan karya2nya telah menjadi rujukan dunia Islam
sampai sekarang, yg menolak bid'ah hasanah sama juga menolak pendapat al-hafidz
Ibnu Rojab, yg menyesatkan bid'ah hasanah sama juga menyesatkan Ulama' yg sholeh
al-Hafidz Ibnu Rojab.
0 Response to "AL-Hafidz Imam Ibnu Rajab Membenarkan Adanya Bid'ah Hasanah"
Post a Comment