Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Daerah-Daerah Pantai utara Jawa Timur pada Abad ke-16: Tuban
Monday, January 2, 2012
Add Comment
|
[1] Piagam Jawa Timur dari Karang Bogem - tahun 1387 - (Pigeaud, Java, jil. I, hlm. 122; jil. III, hlm. 173, dan jil. IV, hlm. 449-454) menguraikan adanya perkampungan di pantai utara, tempat orang memelihara ikan dalam tambak-tambak dengan air laut, untuk pembuatan terasi. Tidak ada petunjuk-petunjuk jelas bahwa Karang Bogem boleh secara langsung dihubungkan dengan Tuban. Tetapi dapat diperkirakan bahwa Tuban dahulu terjadi dari kampung, seperti Karang Bogem itu (sekarang agaknya tidak diketahui lagi lokasinya). Mengherankan bahwa dalam Nagara Kertagama, yaitu lukisan Kerajaan Majapahit dari tahun 1365 yang penting itu, Kota 'Cuban tidak disebutkan. Pada abad ke-11 Tuban pasti sudah ada.
[2] Mengenai keadaan ekonomi dan politik di Tuban pada abad ke-15 dan ke-16, lihat Meilink-Roelofsz, Asian Trade (hlm. 105-107, 284-286, dan indeksnya).
[3] Beberapa pemberitaan mengenai sejarah Tuban sebelum zaman Islam terdapat dalam Graaf, Geschiedenis (hlm. 59 dan 63). Berita-berita kuno dari orang-orang Cina tentang Tuban disebutkan dalam Krom, Hindoe.
[4] Pigeaud, Literature (jil. II, hlm. 361), berisi ikhtisar dari buku cerita Codex LOr no. 6379, yang berkali-kali menyebutkan nama Tuban; lihat juga jil. III, di bawah "Tuban".
[5] Cerita-cerita legenda dan balada-balada tentang Ranggalawe Tuban dicantumkan dalam Pigeaud, Literature, jil. I, hlm. 123 dan 125. Banyak di antara sajak-sajak itu telah diterbitkan dan diberi penjelasan oleh Professor Berg. Dalam karya Brandes, Pararaton, telah tercantum dan dibicarakan ikhtisar-ikhtisar kisah Damarwulan dari zaman Islam muda, yang berkali-kali menyebutkan nama Tuban dan Ranggalawe.
[6] Lihat Tan Koen Swie, Babad. Mungkin penyusun babad tersebut menganggap dirinya sendiri berasal dari keturunan raja-raja Tuban yang tua, yang kehilangan kekuasaannya waktu pasukan-pasukan Jawa Tengah pimpinan Sultan Agung -sesudah pertempuran-pertempuran hebat - berhasil merebut kota yang sudah diperkuat itu pada tahun 1619. Selanjutnya Babad Tuban itu akan dipergunakan lagi sebagai sumber sejarah. Karena berita-beritanya tentang zaman lama (sekitar tahun 1500 M.) dapat dipercaya, maka pemberitaannya tentang masa selanjutnya kiranya juga dapat dipercaya, setidak-tidaknya perlu disebutkan.
[7] Padmasoesastra (Sadjarah Dalem) menyebutkan Aria Teja dari Tuban sebagai anak Abdurrahman, seorang ulama dari tanah Arab. Menurut dia, Aria Teja I ini moyang (turunan ke-4) Aria Teja, yang menjadi ayah mertua Sunan Katib dari Ngampel Denta (Surabaya). Padmasoesastra menempatkan pemberitaan-pemberitaan ini pada paragraf yang menyangkut Nyai Gede Manila, istri kedua Sunan Ngampel yang berasal dari Tuban (Sadjarah Dalem, hlm. 41). Pengarang yang berasal dari Surakarta ini menyebutkan silsilah Abdurrahman/Aria Teja I, yang diurut kembali sampai dengan Abbas, anak Abdul Muntalip, raja Mekkah, jadi tidak sampai pada Nabi sendiri, seperti yang diperkirakan orang. Abdurrahman, ulama keturunan Arab ini, kiranya orang yang paling berkenan ("kawiji”) pada raja Majapahit pertama, Jaka Susuruh (yang menurut asalnya, seorang pangeran Sunda dari Jawa Barat). Sesudah Jaka Susuruh menjadi raja Majapahit, rupanya ia telah merebut kembali tanah asalnya Pajajaran, yang terpaksa ditinggalkannya untuk mengungsi. Sesudah mendapat kemenangan, raja itu telah memberi anak emasnya yang berketurunan Arab itu (yang agaknya telah berjasa kepadanya) nama Aria Teja, dan mengangkatnya sebagai penguasa di Tuban. Cerita legenda ini ternyata sesuai dengan pemberitaan yang terdapat dalam buku cerita Codex LOr, no. 6379 (Pigeaud, Literature, jil. III, hlm. 361b) tentang Raja Kumara dari Majapahit (kiranya anak Susuruh). Raja Kumara telah mengusir pamannya, Siung Wanara, dari Pajajaran ke Banten. Maka, pada waktu itu para pandai besi Pajajaran pindah ke Majapahit. - Dalam hubungan ini baiklah disebutkan juga suatu pemberitaan (dalam Codex NBS, no. 25-2; Pigeaud, Literature, jil. III, hlm. 719a), tentang Empu Domas, suatu jemaah para pandai besi yang dipimpin oleh Modin Tuban, pemimpin Islam di Tuban, dan Ki Keleng. Cerita-cerita legenda ini (dan masih ada lagi cerita-cerita lain semacam itu dalam kesusastraan Jawa) di sini hanya sambil lalu saja kita sebutkan, untuk memperlihatkan betapa pentingnya kedudukan Tuban dalam hubungannya dengan Majapahit dan Jawa Barat, menurut cerita-cerita tutur di daerah-daerah Pesisir Timur Laut mengenai permulaan zaman Islam. Lihat juga Bab XII-1, akhir, dan cat. 208.
[8] Adikara dan adikarana (Sanskerta: penguasa/pemerintah) telah disebutkan dalam Pigeaud, Java, jil. V, hlm. 107b), dan Wilwalikta, di bawah judul "Wilwa", Aegle marmelos = Maja (jil. V, hlm. 306b). Jadi, nama gelar Aria Wilwatikta dapat diartikan sebagai gelar Aria dalam Keraton Majapahit.
[9] Jalannya peristiwa, menurut sangkaan kita, waktu kota kerajaan lama Majapahit diduduki oleh "orang-orang alim" dan raja-raja Islam, telah dibicarakan pada Bab II-10 dan V-1.
[10] Pada Bab I-1 telah diberitakan adanya petunjuk-petunjuk mengenai terdapatnya orang-orang Islam dalam Kerajaan Majapahit pada zaman dahulu.
[11] Dalam Pigeaud, Literature (jil. III di bawah "Bonang" dan "Tuban") telah dimuat petunjuk-petunjuk pendek tentang lagenda-lagenda Jawa yang menonjol dan naskah-naskah Jawa yang memuatnya. Tinjauan Drewes, "Struggle", dan Drewes, Admonitions berisi tinjauan-tinjauan menarik mengenai Sunan Bonang. Buku yang disebut terakhir ini berisi perbaikan dan penambahan buku Schrieke, Bonang; anggapan Schrieke bahwa Sunan Bonang adalah penulis sendiri naskah tersebut memang tidak benar.
[12] Lagenda-Iegenda Jawa mengenai Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Gunungjati dan orang-orang suci lainnya dalam agama Islam telah dibicarakan dalam Djajadiningrat. Banten.
[13] Cabolek dengan singkat sudah dibicarakan dalam Pigeaud, Literature, jil.I, hlm. 88 dst. Nama tempat Cabolek yang mengingatkan kita akan bahasa Sunda (bahasa Sunda Ci-) agak berhubungan dengan lagenda-lagenda yang disebutkan pada cat. 163 tentang hubungan-hubungan lama antara Tuban dan Jawa Barat, dan antara Cerbon dan Pajajaran, lewat laut (lihat juga cat. 106). Dalam rangka ini perlu diperhatikan Soebardi, Cabotek.
[14] Dalam Babad Tuban (Tan Koen Swie, Babad) masih diberitakan suatu hal yang khas, yaitu mengenai kubu pertahanan yang dinamakan "kumbakarna", dengan ridha Tuhan dibangun oleh Orang Suci Mohammad Asngari, dari Majagung. Sejak itu orang ini sangat dimuliakan di Tuban.
[15] Rajeg Wesi ialah kota tua yang disebutkan dalam Noorduyn, "Solo Ferries". Kisah sejarah Jawa, karangan Padmasoesastra, Rangsang Toeban,sukar diketahui kedudukannya dalam sejarah Tuban.
0 Response to "Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Daerah-Daerah Pantai utara Jawa Timur pada Abad ke-16: Tuban"
Post a Comment