Organisasi Itu Bernama Nahdlatul 'Ulama
Friday, May 24, 2013
Add Comment
Setelah
kaum Wahabi melalui pemberontakan yang mereka lakukan pada tahun 1925 berhasil
menguasai seluruh daerah Hejaz, maka mereka mengubah nama negeri Hejaz dengan
nama Saudi Arabia. Dengan dukungan sepenuhnya dari raja mereka yang pertama,
Ibnu Sa'ud, mereka mengadakan perombakan-perombakan secara radikal terhadap tata
cara kehidupan masyarakat. Tata kehidupan keagamaan, mereka sesuaikan dengan
tata cara yang dianut oleh golongan Wahabi, yang antara lain adalah ingin
melenyapkan semua batu nisan kuburan dan meratakannya dengan tanah.
Keadaan
tersebut sangat memprihatinkan bangsa Indonesia yang banyak bermukim di negeri
Hejaz, yang menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jama'ah,dengan memilih salah satu
dari empat madzhab. Mereka sangat terkekang dan tidak mempunyai kebebasan lagi
dalam menjalankan ibadah sesuai dengan paham yang mereka anut. Hal ini dianggap
oleh bangsa Indonesia sebagai suatu persoalan yang besar.
Persoalan
tersebut oleh bangsa Indonesia tidak dianggap sebagai persoalan nasional bangsa
Arab saja, melainkan dianggap sebagai persoalan internasional, karena menyangkut
kepentingan ummat Islam di seluruh dunia. Oleh karena itu, para tokoh ulama di
Jawa Timur menganggap penting untuk membahas persoalan tersebut. Dipelopori oleh
alm. KH. Abdul Wahab Hasbullah dan almarhum hadlratus
syaikh KH. Hasyim Asy'ari, diadakanlah pertemuan di
langgar H. Musa Kertopaten Surabaya. Pada pertemuan tersebut dilahirkan satu
organisasi yang diberi nama Comite Hejaz, yang
anggotanya terdiri dari para tokoh tua dan para tokoh muda.
Semula Comite Hejaz bermaksud akan mengirimkan utusan ke tanah
Hejaz untuk menghadap raja Ibnu Sa'ud. Akan tetapi oleh karena satu dan lain hal
pengiriman utusan ditangguhkan, dan sebagai gantinya hanya mengirimkan telegram
kepada raja Ibnu Sa'ud.
Pada
tanggal 31 Januari 1926 M. atau 16 Rajab 1345 H, hari Kamis, di lawang Agung
Ampel Surabaya, diadakan pertemuan yang disponsori oleh Comite Hejaz sebagai
realisasi dari gagasan yang timbul pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan
ini, lahirlah organisasi baru yang diberi nama "JAM'IYYAH NAHDLATUL ULAMA"
dengan susunan pengurus HB (Hoof Bestuur)sebagai
berikut:
Ra'is Akbar
|
:
|
Hadlratus Syaikh KH. Hasyim
Asy'ari
|
Wakil Ra'is
|
:
|
KH. Said bin Shalih
|
Katib Awwal
|
:
|
KH. Abdul Wahab Hasbullah
|
Katib Tsani
|
:
|
Mas H. Alwi Abdul Aziz
|
A'wan
|
:
|
1. KH. Abdul Halim
(Leuwimunding)
2. KH. Ridlwan Surabaya (pencipta lambang NU) 3. KH. Bisri Sansuri, Denanyar, Jombang. 4. KH. Said. 5. KH. Abdullah Ubaid, Surabaya. 6. KH. Nahrawi Thahir, Malang. 7. KH. Amin, Surabaya. 8. KH. Kholil Masyhuri, Soditan, Lasem, Jateng |
Musytasyar
|
:
|
1. KH. Asnawi,
Kudus
2. KH. Ridlwan, Semarang. 3. KH. Nawawi, Sidogiri, Pasuruan. 4. KH. Doro Muntoho, Bangkalan. 5. KH. Ahmad Ghonaim Al Misri. 6. KH. Hambali, Kudus. |
| ||
Presiden
|
:
|
H. Hasan Gipo
|
Penulis
|
:
|
H. Sadik alias Sugeng Yudodiwiryo
|
Bendahara
|
:
|
H. Burhan
|
Komisaris
|
:
|
H. Saleh Syamil
H. Ihsan H. Nawawi H. Dahlan Abd. Qohar Mas Mangun |
Kehadiran
Jam'iyyah Nahdlatul Ulama' dimaksudkan sebagai suatu organisasi yang dapat
mempertahankan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dari segala macam intervensi
(serangan) golongan-golongan Islam di luar Ahlus Sunnah Wal Jama'ah di Indonesia
pada khususnya dan di seluruh dunia pada umumnya; dan bukan hanya sekedar untuk
menghadapi golongan Wahabi saja sebagaimana Comite Hejaz. Disamping itu
juga dimaksudkan sebaga organisasi yang mampu memberikan reaksi terhadap
tekanan-tekanan yang diberikan oleh Pemerintah Penjajah Belanda kepada ummat
Islam di Indonesia.
0 Response to "Organisasi Itu Bernama Nahdlatul 'Ulama"
Post a Comment