
Selama
Nahdlatul Ulama' berfusi dalam tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
tata-nilai semakin berjurang lebar; sementara dalam tubuh Nahdlatul Ulama'
sendiri terdapat banyak ketimpangan dan kesimpang-siuran. Dalam kurun waktu yang
lama, secara tidak disadari, Nahdlatul Ulama' telah menjadi kurang peka dalam
menanggapi dan mengantisipasi perkembangan keadaan, khususnya yang menyangkuat
kepentingan ummat dan bangsa. Salah satu sebabnya adalah ketelibatan Nahdlatul
Ulama' secara berlebihan dalam kegiatan politik praktis; yang pada gilirannya
telah menjadikan Nahdlatul Ulama' tidak lagi berjalan sesuai dengan maksud
kelahirannya, sebagai jam'iyyah yang ingin berkhidmat secara nyata kepada agama,
bangsa dan negara. Bahkan hal tersebut telah mengaburkan hakekat Nahdlatul
Ulama' sebagai gerakan yang dilakukan oleh para ulama'. Tidak hanya sekedar itu
saja yang sangat menyulitkan Nahdlatul Ulama' dalam kancah politik selama
berfusi dalam
PPP; akan tetapi silang pendapat di kalangan NU sendiri
semakin tajam, sehingga sempat bermunculan berbagai hepothesa tentang bagaimana
dan siapa sebenarnya Nahdlatul Ulama'.
Dari
kejadian demi kejadian dan bertolak dari keadaan tersebut, maka sangat dirasakan
agar Nahdlatul Ulama' secepatnya mengembalikan citranya yang sesuai dengan
khittah Nahdlatul Ulama' tahun 1926. Hal ini berarti bahwa Nahdlatul Ulama'
harus melepaskan diri dari kegiatan politik praktis secara formal, seperti yang
telah diputuskan dalam Musyawarah Alim Ulama' Nahdlatul Ulama' (Munas NU) di
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur tahun
1982
0 Response to "Nahdlatul Ulama' Kembali Kepada Khittah An Nahdliyah"
Post a Comment