Tradisi Jawa Dan Islam Dalam Wayang


Wayang merupakan salah satu kebudayaan indonesia yang harus dilestarikan, karena mengingat selama ini banyak kebudayasaan bangsa kita yang diakui oleh Negara tetangga. Dengan adanya peristiwa seperti itu kita sebagai bangsa Indonesia dan juga sebagai generasi penerus mempunyai tanggungjawab yang besar dalam melestariakan kebudayaan kita. Jangan sampai wayang yang juga sebagai salah satu asset Negara diakui oleh Negara lain.
Untuk mengetahui perihal wayang  lebih jelasnya, di sini penulis akan menghadirkan pengertian wayang, jenis serta kaitannya dengan islam dan jawa. Untuk itu simaklah apa yang sudah penulis hadirkan dibawah ini.

  1.        I.            PERMASALAHAN
  2. Pengertian Wayang
  3. Jenis – Jenis Wayang
  4. Interelasi Jawa dan Islam dalam Wayang

  1.     II.            PEMBAHASAN
  2. Pengertian Wayang
Dalam bahasa jawa,kata wayang berarti “bayangan”.Jika ditinjau dari arti filsafatnya “wayang” dapat diartikan sebagai bayangan atau merupakan pencerminan dari sifat-sifat yang ada dalam jiwa manusia,seperti angkara murka, kebajikan, serakah dan lain-lain (Heddy Shri Ahimsa-Putra,Ketika Orang Jawa Nyeni,1999:49).[1]
Wayang merupakan suatu bentuk upaya religi dalam seni pertunjukan ( hasil penelitian di Museum Ranggawarsito).

  1. Macam dan Jenis – Jenis Wayang[2]
BAHAN JENIS PERIODE KETERANGAN
Kulit
  1. Bayangan
1500 SM
Sebagai upacara keagamaan
  1. Purwa
812/903
Cerita Mahabarata dan Ramayana
  1. Kidang Kencana
1556
Cerita Mahabarata dan Ramayana
  1. Gedog
1563
Cerita Panji
  1. Klitik
1648
Cerita Damarwualn
  1. Madya
1850
Cerita sesudah parikesit/gendrayana/Kediri
  1. Kuluk
1830
Cerita dari kerajaan Demak/Jogja
  1. Dupara
1830
Cerita dari kerajaan Demak/Surakarta
  1. Wahana
1920
Cerita jaman sekarang/Estetika wayang Purwa
  1. Kancil
1925
Cerita tentang Binatang
  1. Perjuangan
1943
Cerita tentang perjuangan
  1. Adam Marifat
1940
Cerita tentang permainan anak
  1. Jawa
1940
Cerita Tasawuf
  1. Suluh
1947
Sejarah Indonesia/perjuangan Diponegoro
  1. Pancasila
1947
Menceritakan penerangan perjuangan kemerdekaan
  1. Wahyu
1963
Menceritakan sesudah jaman pancasila
  1. Sejati
1992
Menceritakan agama katolik
Daun
  1. Rantai Purwa
984
Cerita Mahabarata dan Ramayana pasa daun tal
  1. Daun Kluih
1316 Cerita Permainan anak/dolanan bocah
      Kain
  1. Bleber Purwa
1361 Cerita Mahabarata dan Ramayana dengan gamelan slendro
  1. Bebek Edog
1564 Cerita Panji dengan gamelan pelo
  1. Golek Sunda
Cerita Mahabarata dan Ramayana
  1. Klitik
Cerita Damarwulan
  1. Krucil Golek Purwa
Cerita Mahabarata dan Ramayana siang
  1. Tengul
Cerita Amir Hansya
  1. Golek purwa jakinata
Cerita Omarmaya
Orang
  1. Wayang Wong
Cerita Mahabarata dan Ramayana
  1. Petila
Cerita Mahabarata,Ramayana,Panji dan Permaianan
Batu
  1. Relief pada candi
Cerita Mahabarata dan Ramayana
Bambu
Logam

Daftar macam-macam wayang di atas merupakan klasifikasi yg diambil dari hasil kunjungan penelitian yang ada di Museum Ranggawarsita. Akan tetapi tidak semua jenis wayang di atas tersebut dikenal oleh masyarakat jawa, adapun jenis-jenis wayang yang dikenal oleh masyarakat jawa hanya ada beberapa jenis yaitu[3]: Wayang Kulit/Purwa,Wayang Klithik,Wayang Golek,dan Wayang Orang.
1)      Wayang Kulit/Purwa
Sesuai dengan namanya,wayang kulit terbuat dari kulit binatang (kerbau,lembu,atau kambing). Wayang kulit dipakai untuk memperagakan lakon-lakon dari babad purwa yaitu Mahabarata dan Ramayana,oleh karena itu disebut juga wayanag purwa. Sampai sekarang ini pertunjukan wayang kulit disamping merupakan sarana hiburan juga merupakan salah satu bagian dari upacara-upacara adat seperti: bersih desa,ngruwat,dll
2)      Wayang Klithik
Wayang klithik terbuat dari kayu dengan dua dimensi (pipih) yang hampir mendekati bentuk wayang kulit. Pertunjukan wayang klithik umumnya hanya berfungsi sebagai tontonan biasa yang kadang diselipkan penerangan-penerangan yang dari pemerintah. Cerita yang ditampilkan dalam pertunjukan wayang klithik diambil dari cerita babad,dan umumnya hanya diambil dari babad Majapahit, mulai dari masuknya Damarwulan menjadi abdi sampai menjadi raja
3)      Wayang Golek
Seperti halnya wayang klithik wayang golek juga terbuat dari kayu,tetapi wayang golek lebih realis sebab disamping bentuknya menyerupai bentuk badan manusia dia juga dilengkapi kostum  yang terbuat dari kain. Pertunjukan wayang golek ini masih sering dipentaskan sebagai upacara bersih desa. Lakon yang diperagakan berasal dari babad Menak yaitu sejarah tanah Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad saw.
4)      Wayang Orang
Wayang orang merupakan bentuk perwujudan dari wayang kulit yang diperagakan oleh manusia. Fungsi dari pementasan wayang orang,diasamping sebagai tontotan biasa juga digunakan untuk memenuhi nadzar. Lakon yang dibawakan dalam wayang wong juga bersumber dari Babad Purwa yaitu Mahabarata dan Ramayana.
  1. Interelasi Jawa dan Islam dalam Wayang
Interelasi nilai jawa dan islam dapat aspek wayang merupakan salah satu bagian yang khas dari proses perkembangan budaya jawa. Pengertian budaya menurut Ki Narto Sabdo adalah angen-angen kang ambabar keindahan.Wayang merupakan suatu produk budaya manusia yang di dalamnya terkandung seni estetis.Wayang berfungsi sebagai tontonan dan berfungsi sebagai tuntunan kehidupan sedangkan pengertian jawa yang dimaksud adalah pulau yang terbentang diantara kepulauan nusantara,yang konon banyak menghasilkan jewawut(padi-padian). Dari pulau yang disebut-sebut sebagai pulau jewawut itulah terkenal dengan pulau jawa.
Bicara tentang esensi budaya jawa dapat dirumuskan dalam satu kata wayang,Hal ini seolah-olah sudah menjadi dalil bagi para pakar budaya jawa. Mempelajari dan memahami wayang merupakan syarat yang tan keno ora atau condotio sine quanon untuk menyelami budaya jawa. Baik etos jawa maupun pandangan hidup jawa, tergambar dan terjalin dengan baik dalam wayang.
Antara wayang dan budaya jawa ibarat sekeping uang logam yang tak terpisahkan. Hal ini  dapat dlihat dalam bagian rumah adat jawa yang terdiri dari emper,pendopo,pringgitan,omah mburi,sentong,longkang,dan pawon. Disebut pringgitan karena dipakai sebagai tempat khusus untuk mempergelarkan ringgit(ringgit purwo)atau wayang kulit. Dalam membangun rumah orang jawa sudah berniat untuk menyediakan tempat khusus bagi penyelenggaraan wayang.
Untuk memahami budaya jawa,tan keno ora harus memahami wayang. Bagi masyarakat jawa wayang tidak hanya sekedar sarana hiburan,tetapi juga sebagai media pendidikan maupun media da’wah.
Wayang mengandung makna lebih jauh dan mendalam karena mengungkapkan gambaran hidup semesta (wewayange urip)Wayang dapat memberikan gambaran lakon kehidupan umat manusia dengan segala masalahnya.Dalam dunia pewayangan tersimpan nilai-nilai pandangan hidup jawa dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan kesulitan hidup.  Upaya untuk mencapai titik temu antara budaya jawa dengan islam yakni sangkalan(sangkakala) tanda jaman yakni sirno(0) ilang (0) kertaning (4) bumi (1) yang dibaca terbalik yakni 1400 S atau 1478 M[4].[5]

  1.  III.            KESIMPULAN
Wayang merupakan pencerminan dari sifat-sifat yang ada dalam jiwa manusia,seperti angkara murka, kebajikan, serakah selain itu juga merupakan suatu bentuk upaya religi dalam seni pertunjukan ( hasil penelitian di Museum Ranggawarsito). Adapun jenis-jenis wayang banyak sekali akan tetapi yang dikenal oleh masyarakat jawa hanya beberapa diantaranya  yaitu  Wayang Kulit/Purwa, Wayang Klithik, Wayang Golek, dan Wayang Orang. Sedangkan interelasi  kebudayaan jawa dan islam dalam pewayangan ini mencapai titik temu yaitu pada sangkalan tanda jaman.

  1.  IV.            PENUTUP
Demikian makalah ini saya susun,saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,untuk itu  say mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTKA
DR.Heddy Shri Ahimsa-Putra.Ketika Orang Jawa Nyeni.Galang Printika: Yogyakarta.1999
Amin, Darori. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta, Gama media: 2000


[1]DR.Heddy Shri Ahimsa-Putra.Ketika Orang Jawa Nyeni.Galang Printika: Yogyakarta.1999

[2] Hasil Penelitian saya ketika ke Museum Ronggo WasitO.
[3]DR.Heddy Shri Ahimsa-Putra. Op cit, hl 49-56

[4] Sujamto. Wayang dan Budaya Jawa. Efthar Dahara Prize. Semarang.1992. hal.17
[5] Amin, Darori. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta, Gama media: 2000

0 Response to "Tradisi Jawa Dan Islam Dalam Wayang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel